www.salafy-indon-kw13.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 28 Februari 2012

Kewajiban Taat Kepada Penguasa Kaum Muslimin (Imam) Selama Tidak Meksiat

Kewajiban taat kepada Allah dan RasulNya serta Ulil Amri merupakan ciri-ciri orang iman, namun sebagian mereka yang mengatasnamakan dirinya salafy indon kw13 salah kaprah lagi dalam memahami lafadz Ulil Amri dalam surah An-Nisa:59.
Salafy indon kw13 memahaminya lafadz Ulil Amri adalah penguasa negeri atau kata lain Presiden. Pemahaman ini merupakan pemahaman Jahiliyyah zaman modern. Allah ta'ala dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, dan taatlah kepada ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah persoalan tersebut kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (hadits), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisa:59).

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِي سَعْدُ بْنُ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً فَاسْتَعْمَلَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ وَأَمَرَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ فَغَضِبَ فَقَالَ أَلَيْسَ أَمَرَكُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُطِيعُونِي قَالُوا بَلَى قَالَ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا فَجَمَعُوا فَقَالَ أَوْقِدُوا نَارًا فَأَوْقَدُوهَا فَقَالَ ادْخُلُوهَا فَهَمُّوا وَجَعَلَ بَعْضُهُمْ يُمْسِكُ بَعْضًا وَيَقُولُونَ فَرَرْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ النَّارِ فَمَا زَالُوا حَتَّى خَمَدَتْ النَّارُ فَسَكَنَ غَضَبُهُ فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَوْ دَخَلُوهَا مَا خَرَجُوا مِنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

Dari Ali Rhadiallahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam mengutus suatu perjalanan. Beliau mengangkat seorang laki-laki Anshor untuk menjadi amir perjalanan mereka, sekaligus Nabi memerintahkan untuk menaatinya.
Dalam perjalanan, amir perjalanan ini terkena emosi dan berkata; "Bukankah Nabi telah memerintahkan kalian untuk menthoatiku?"  mereka berkata "Itu benar" Jawab anggotanya.
Kata amir perjalanan; "Kalau begitu, kumpulkanlah kayu bakar untukku."
  Mereka pun melaksanakannya. Ia meneruskan intruksinya; "Sekarang, nyalakanlah api!"  Mereka pun menyalakan api. Ia meneruskan lagi; "Sekarang masuklah kalian ke api itu!"
Namun sebagian dari mereka (para pengikut) mencegah sebagian lainnya sembari berkata "Kita diperintah oleh Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam untuk menghindari api (neraka)".

Peringatan ini terus diulangi sampai api padam, kemudian emosi sang amir perjalanan mereda.

Berita ini sampai kepada Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam sehingga beliau bersabda: 
"Jika saja mereka memasuki api tersebut, niscaya mereka tidak akan bisa keluar hingga hari kiamat tiba. Sesungguhnya taat hanya berlaku dalam kebaikan (tidak dalam maksiat)." HR. Bukhori
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ صَبَّاحٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

Dari Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Mendengar dan taat (kepada amir) adalah haq (kewajiban) selama tidak diperintah berbuat maksiat. Apabila diperintah berbuat maksiat, maka tidak ada (kewajiban) untuk mendengar dan taat." HR Bukhori

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي

Dari Rasululloh shallalahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Barang siapa taat kepadaku, berarti dia taat pada Allah. Barang siapa menentang padaku, berarti dia menentang Allah. Barang siapa taat pada amirku, berarti dia taat padaku. Barang siapa menentang amirku, berarti ia menentangku."  HR Bukhori

Pemahaman Ahlussunnah Wal Jamaah sesuai pemahaman Salafus Shalih mengenai makna lafadz Ulil Amri adalah penguasa kaum muslimin yang memerintahkan sejalan dengan hukum Allah (Al-Qur'an) dan RasulNya (Al-Hadits) bukan seperti pemahaman oleh salafy indon kw13 yang mengatakan lafadz Ulil Amri adalah Penguasa Negeri atau Presiden.
Dan dari ayat Al-Qur'an dan hadits di atas, bisa kita simpulkan bahwa taat kepada perintah amir atau imam adalah wajib selama tidak maksiat. Hal ini berlaku, baik bagi amir yang dibaiat, maupun amir sementara (amir perjalanan). Dan bagi yang tidak taat kepada amir, berarti otomatis tidak taat kepada Allah dan RasulNya.

0 komentar

Posting Komentar